PUISI "AKSARAKU " KARYA LILIAN ALYA
Aksaraku.
Malam telah berlalu, aku menantikan sun rice di pucuk alibiku.
Untuk menemaniku dengan segala yang telah terikrar dulu.
Hampa, memang hanya bermesraan dengan alibi sendiri.
Antusiasku menggebu menanti fajar tiba.
Mana kali, kau muncul bersama dengan terbitnya mentari dari ufuk timur.
Mata memang memicing, ah tak apa itu bagian dari syukurku menikmati alam luas ini.
Angkat! ku angkat tubuhku menikmati luas semesta ini.
Darimana pun itu, yang kutau hanya nikmat-Mu, Tuhan.
Andai saja kau menemaniku menikmati semua ini.
Sudah tak mungkin lagi ku memasang kusut di paras rupawan ini.
Indah paras mu, nona. jika bersanding dsngan rupawan seperti ku.
Fokus ku seketika hilang, ntah kemana. yang kucari dikau saat sun rice, hingga sampai mencekik kulit ini.
Lihatlah, duhai nona ku. aku memimpikanmu semalam.
Intuisi menuntunku menaiki puncak alibi, sendiri.
Lalu, kau datang dengayn kopi hitam kesukaanku, dengan senyum tulusmu.
Ilusi, ah itu hanya ilusi semata. indah tak dapat ku enyam, pahit kuteguk dsmi menikmati kepahitan ini, bersama dengan kenangan bersamamu, nona.
Liliana Aliya
Kediri, 4 Oktober 2017
12.02
Malam telah berlalu, aku menantikan sun rice di pucuk alibiku.
Untuk menemaniku dengan segala yang telah terikrar dulu.
Advertisement
Antusiasku menggebu menanti fajar tiba.
Mana kali, kau muncul bersama dengan terbitnya mentari dari ufuk timur.
Mata memang memicing, ah tak apa itu bagian dari syukurku menikmati alam luas ini.
Angkat! ku angkat tubuhku menikmati luas semesta ini.
Darimana pun itu, yang kutau hanya nikmat-Mu, Tuhan.
Andai saja kau menemaniku menikmati semua ini.
Sudah tak mungkin lagi ku memasang kusut di paras rupawan ini.
Indah paras mu, nona. jika bersanding dsngan rupawan seperti ku.
Fokus ku seketika hilang, ntah kemana. yang kucari dikau saat sun rice, hingga sampai mencekik kulit ini.
Lihatlah, duhai nona ku. aku memimpikanmu semalam.
Intuisi menuntunku menaiki puncak alibi, sendiri.
Lalu, kau datang dengayn kopi hitam kesukaanku, dengan senyum tulusmu.
Ilusi, ah itu hanya ilusi semata. indah tak dapat ku enyam, pahit kuteguk dsmi menikmati kepahitan ini, bersama dengan kenangan bersamamu, nona.
Liliana Aliya
Kediri, 4 Oktober 2017
12.02
Related Posts :
Puisi "Di Sela Penantianku" Sri Widiya NingsihPuisi ini menceritakan penantian terhadap seseorang yang di yakini kan menjawab segala mimpi. tapi tibalah ia di suatu titik, di mana kerag… Read More...
Puisi "Buta Tuli" By Sky Shucaya Puisi "Buta Tuli" By Sky Shucaya_ Ada kabut dibalik tata genteng atap, sesekali melirik dari celah-calahnya,, tak punya maksud tak … Read More...
Puisi Alunan Hati By Sky Shucaya Puisi Alunan Hati By Sky Shucaya_Selamat malam para pemilik hati,, bagaimana degupmu disisa sabit bulan ini? apakah masih bergetar rindu at… Read More...
Puisi "Lantunan Daun Pelangi" By Sky Shucaya Puisi "Lantunan Daun Pelangi" By Sky Shucaya_Selamat istirahat teman,, jika lelapmu bisa menumbuh mimpi. Temuilah ia disana,, dipinggir tel… Read More...
Puisi "Wanita Di Atas Malam" By Sky Shucaya Puisi "Wanita Di Atas Malam" By Sky Shucaya _ Selanjutnya,, ada bait yang kan dilantunkan untuk kau yang disana menggamit bintang dalam dek… Read More...