PUISI KEROYOKAN " PESTA HENING" GROUP WA
Haha...aku tau kau tak mencela
Aku suka gayamu berkata
Murni apa adanya
Tanpa dibumbui maknaHaha...aku tau kau tak mencela
Aku suka gayamu berkata
Murni apa adanya
Tanpa dibumbui makna berdosa
Ayolah Zulfia...
Kita berkawan dekat dalam maya
Tak usah kau risaukan setiap kata hampa
Cukuplah kau berkata
Tentang apa yang kau percaya
Meski kita tak tau muka
Salam sore @Redaksi Puisina @Agustin Puisina @Pandji Puisina @Irvan Puisina @Zulfia Puisina
Sebentar lagi raja siang kembali ke peraduan
Apakah disini sudah ada rencana untuk malam nanti
Pergi ke pesta lagi atau minum kopi
Rasanya tak pernah ada cukup waktu, an,
untuk mencerna dan meresapi semua yang terlewati setiap hari.
Seperti tak pernah ada hari ini..
Dan pada akhirnya
yang terang tak selamanya bunyi, an
yang gelap tak selamanya sunyi.
Malam bersahabat dengan diam.
@Agustin Puisina
Pesta..bicara soal pesta.. Tidakkah kau lelah dengan semua itu.. Tidakkah kau punya rencana lain,entah sekedar ngopi bersama kawan seperjuangan atau paling tidak istirahatkanlah dunia hayal dan imajimu dan kembalilah kau ke dunia nyata tanpa ilusi..
@layla majnun
Aku mengembara bersama dedaun yang terbang
Dalam buncah adzab jaman yang memerih.
Diantara puing-puing doa yang berserakan
Orang-orang sudah lupa ingatan, dimana harga diri sudah mati.
@Agustin Puisina
Seorang tukang parkir pun bisa saja membelokkan kemudi,walaupun bukan dia sendiri yang menjalankannya.
@Hardi Wiranata Puisina
Sudah aku coba kawan
Tapi aku tak mampu membelokbkan kemudi sendiri
Sedangkan aku seorang tukang parkir biasa
@layla majnun
Aku mengembara mencari sajakku,
Yang hilang ketika badai sudah menggulung
Ketika langit sudah menjadi mendung
Khabar tentang kesepian sudah berakar di pucuk gunung
Orang-orang tetap memakai payung hitam
Sebagai kata akhir dari kesedihan.
@Yoga Puisina
Walaupun kamu cuma tukang parkir biasa kamu pasti bisa membelokan kemudi nya sendiri dengan berusaha sekuat tenaga
@Hardi Wiranata Puisina
Tidak bisa kawan
Kemudi ku telah di telan waktu
Zaman merubah men-jingga
Kulit memudar tanpa rasa
Lebih baik kita berpesta saja
Dari pada kita bermenung dengan waktu kosong
@layla majnun
Seperti senja yang mengucap pisah
Seperti lautan yang berujar ombak
Rambut matahari yang kusut, menyapa dada yang menyesak
Kembang-kembang yang layu, masih menidurkan pepohon
Di ujung tangisan.kini, tak ada catatan antara kenyataanCukuplah kau berkata
Tentang apa yang kau percaya
Meski kita tak tau muka
Salam sore @Redaksi Puisina @Agustin Puisina @Pandji Puisina @Irvan Puisina @Zulfia Puisina
Sebentar lagi raja siang kembali ke peraduan
Apakah disini sudah ada rencana untuk malam nanti
Pergi ke pesta lagi atau minum kopi
Rasanya tak pernah ada cukup waktu, an,
untuk mencerna dan meresapi semua yang terlewati setiap hari.
Seperti tak pernah ada hari ini..
Dan pada akhirnya
yang terang tak selamanya bunyi, an
yang gelap tak selamanya sunyi.
Malam bersahabat dengan diam.
@Agustin Puisina
Pesta..bicara soal pesta.. Tidakkah kau lelah dengan semua itu.. Tidakkah kau punya rencana lain,entah sekedar ngopi bersama kawan seperjuangan atau paling tidak istirahatkanlah dunia hayal dan imajimu dan kembalilah kau ke dunia nyata tanpa ilusi..
@layla majnun
Aku mengembara bersama dedaun yang terbang
Dalam buncah adzab jaman yang memerih.
Diantara puing-puing doa yang berserakan
Orang-orang sudah lupa ingatan, dimana harga diri sudah mati.
@Agustin Puisina
Seorang tukang parkir pun bisa saja membelokkan kemudi,walaupun bukan dia sendiri yang menjalankannya.
@Hardi Wiranata Puisina
Sudah aku coba kawan
Tapi aku tak mampu membelokbkan kemudi sendiri
Sedangkan aku seorang tukang parkir biasa
@layla majnun
Aku mengembara mencari sajakku,
Yang hilang ketika badai sudah menggulung
Ketika langit sudah menjadi mendung
Khabar tentang kesepian sudah berakar di pucuk gunung
Orang-orang tetap memakai payung hitam
Sebagai kata akhir dari kesedihan.
@Yoga Puisina
Walaupun kamu cuma tukang parkir biasa kamu pasti bisa membelokan kemudi nya sendiri dengan berusaha sekuat tenaga
@Hardi Wiranata Puisina
Tidak bisa kawan
Kemudi ku telah di telan waktu
Zaman merubah men-jingga
Kulit memudar tanpa rasa
Lebih baik kita berpesta saja
Dari pada kita bermenung dengan waktu kosong
@layla majnun
Seperti senja yang mengucap pisah
Seperti lautan yang berujar ombak
Rambut matahari yang kusut, menyapa dada yang menyesak
Kembang-kembang yang layu, masih menidurkan pepohon
Di ujung tangisan.kini, tak ada catatan antara kenyataan
Aku suka gayamu berkata
Murni apa adanya
Tanpa dibumbui maknaHaha...aku tau kau tak mencela
Aku suka gayamu berkata
Murni apa adanya
Advertisement
Ayolah Zulfia...
Kita berkawan dekat dalam maya
Tak usah kau risaukan setiap kata hampa
Cukuplah kau berkata
Tentang apa yang kau percaya
Meski kita tak tau muka
Salam sore @Redaksi Puisina @Agustin Puisina @Pandji Puisina @Irvan Puisina @Zulfia Puisina
Sebentar lagi raja siang kembali ke peraduan
Apakah disini sudah ada rencana untuk malam nanti
Pergi ke pesta lagi atau minum kopi
Rasanya tak pernah ada cukup waktu, an,
untuk mencerna dan meresapi semua yang terlewati setiap hari.
Seperti tak pernah ada hari ini..
Dan pada akhirnya
yang terang tak selamanya bunyi, an
yang gelap tak selamanya sunyi.
Malam bersahabat dengan diam.
@Agustin Puisina
Pesta..bicara soal pesta.. Tidakkah kau lelah dengan semua itu.. Tidakkah kau punya rencana lain,entah sekedar ngopi bersama kawan seperjuangan atau paling tidak istirahatkanlah dunia hayal dan imajimu dan kembalilah kau ke dunia nyata tanpa ilusi..
@layla majnun
Aku mengembara bersama dedaun yang terbang
Dalam buncah adzab jaman yang memerih.
Diantara puing-puing doa yang berserakan
Orang-orang sudah lupa ingatan, dimana harga diri sudah mati.
@Agustin Puisina
Seorang tukang parkir pun bisa saja membelokkan kemudi,walaupun bukan dia sendiri yang menjalankannya.
@Hardi Wiranata Puisina
Sudah aku coba kawan
Tapi aku tak mampu membelokbkan kemudi sendiri
Sedangkan aku seorang tukang parkir biasa
@layla majnun
Aku mengembara mencari sajakku,
Yang hilang ketika badai sudah menggulung
Ketika langit sudah menjadi mendung
Khabar tentang kesepian sudah berakar di pucuk gunung
Orang-orang tetap memakai payung hitam
Sebagai kata akhir dari kesedihan.
@Yoga Puisina
Walaupun kamu cuma tukang parkir biasa kamu pasti bisa membelokan kemudi nya sendiri dengan berusaha sekuat tenaga
@Hardi Wiranata Puisina
Tidak bisa kawan
Kemudi ku telah di telan waktu
Zaman merubah men-jingga
Kulit memudar tanpa rasa
Lebih baik kita berpesta saja
Dari pada kita bermenung dengan waktu kosong
@layla majnun
Seperti senja yang mengucap pisah
Seperti lautan yang berujar ombak
Rambut matahari yang kusut, menyapa dada yang menyesak
Kembang-kembang yang layu, masih menidurkan pepohon
Di ujung tangisan.kini, tak ada catatan antara kenyataanCukuplah kau berkata
Tentang apa yang kau percaya
Meski kita tak tau muka
Salam sore @Redaksi Puisina @Agustin Puisina @Pandji Puisina @Irvan Puisina @Zulfia Puisina
Sebentar lagi raja siang kembali ke peraduan
Apakah disini sudah ada rencana untuk malam nanti
Pergi ke pesta lagi atau minum kopi
Rasanya tak pernah ada cukup waktu, an,
untuk mencerna dan meresapi semua yang terlewati setiap hari.
Seperti tak pernah ada hari ini..
Dan pada akhirnya
yang terang tak selamanya bunyi, an
yang gelap tak selamanya sunyi.
Malam bersahabat dengan diam.
@Agustin Puisina
Pesta..bicara soal pesta.. Tidakkah kau lelah dengan semua itu.. Tidakkah kau punya rencana lain,entah sekedar ngopi bersama kawan seperjuangan atau paling tidak istirahatkanlah dunia hayal dan imajimu dan kembalilah kau ke dunia nyata tanpa ilusi..
@layla majnun
Aku mengembara bersama dedaun yang terbang
Dalam buncah adzab jaman yang memerih.
Diantara puing-puing doa yang berserakan
Orang-orang sudah lupa ingatan, dimana harga diri sudah mati.
@Agustin Puisina
Seorang tukang parkir pun bisa saja membelokkan kemudi,walaupun bukan dia sendiri yang menjalankannya.
@Hardi Wiranata Puisina
Sudah aku coba kawan
Tapi aku tak mampu membelokbkan kemudi sendiri
Sedangkan aku seorang tukang parkir biasa
@layla majnun
Aku mengembara mencari sajakku,
Yang hilang ketika badai sudah menggulung
Ketika langit sudah menjadi mendung
Khabar tentang kesepian sudah berakar di pucuk gunung
Orang-orang tetap memakai payung hitam
Sebagai kata akhir dari kesedihan.
@Yoga Puisina
Walaupun kamu cuma tukang parkir biasa kamu pasti bisa membelokan kemudi nya sendiri dengan berusaha sekuat tenaga
@Hardi Wiranata Puisina
Tidak bisa kawan
Kemudi ku telah di telan waktu
Zaman merubah men-jingga
Kulit memudar tanpa rasa
Lebih baik kita berpesta saja
Dari pada kita bermenung dengan waktu kosong
@layla majnun
Seperti senja yang mengucap pisah
Seperti lautan yang berujar ombak
Rambut matahari yang kusut, menyapa dada yang menyesak
Kembang-kembang yang layu, masih menidurkan pepohon
Di ujung tangisan.kini, tak ada catatan antara kenyataan
Related Posts :
PUISI DO'A GENERASI TERTINDAS Ini buat sobat puisina di manapun berada , yup... kita paham , tidak semua orang beruntung bisa mengenyam pendidikan layak , pekerjaa… Read More...
Puisi Sang bocah di antara negeri antah berantah Buat nasehat dan renungan orang orang berharta supaya ingat bahwa banyak generasi terlantar di sekitar kita Dengan senyumu yang meny… Read More...
PUISI ANAK JALANAN DI PEREMPATAN JALAN - Edisi SosialBerikut ini adalah puisi masalah sosial yang ada di sekitar kita yang sudah ada sejak jaman dulu kala . Banyak sudah yang mengangkat tema in… Read More...
PUISI JERITAN PEMUDA MADESU NKRISenyum sitik jos.... , Puisi ini aku tujukan untuk pembaca puisina di manapun berada , buat ente-ente yang punya latar belakang kehidupan ku… Read More...
PUISI DEMOKRASI DAN WARUNG KOPIPuisi nasehat atau saran atau apalah terserah bagaimana cara memahaminya , intinya saya mau menulis tentang manfaat kerja sama dan sama-sama… Read More...