SEBENING EMBUN PAGI
ERIN
Dear, engkau yang banyak berceloteh pada malam
lalu melambaikan tangan pada kelopak dan dedaunan hijau
bisakah menuangkan secangkir kopi nikmat tanpa ampas?
sebab hatiku lupa sebuah rasa
di mana keindahan mampu melukiskan cerita.
Lihatlah pesona di ujung pagi
pada embun
dan jalur perjalanan
masihkan aku bertahan dalam isakan?
sebab lama terlucuti oleh kalimat
menumbangkan benih biji kopi untuk tersimak dalam ruang sempit ibu kota.
Sedang jejak jejak silam menjadi bangkai
bergelombang tanpa arus
kemudian membuang hasil tanpa menimbang rintik
ah ... cukuplah sekian
warna kemarin mulai kurapihkan dalam puisi linglung berjarak lereng lereng misteri
karena lupa mencatat alamat kepulangan.
Dear, kini terjebak macet
jangan menolong atau mengusik wajah berkelipatan
biarkan terbang bersama angan.
Jkt, 21-10-2017.