PUISI SAAT KETEMU JODOH
Hati ini mulai resah, mulai gelisah, mulai meragukan kesabaranku
sendiri, dalam penantian yang satu ini, jodoh oh jodoh dimana kamu,
aku merindukanmu. Ya Allah, Tolong beri tau aku dong siapa jodohku,
dimana dia, dan tolong sampaikan padanya aku hampir menyerah
menunggunya. Doaku Ya Allah, kuatkan aku dalam kesabaranku dan sabarkan
aku dengan kekuatan_Mu, aamiin.
Catatan ini untukku, untukmu dan untuk kalian semua yang sedang dalam penantian,,,, bersabarlah!
Jodoh dan berjodoh, adalah bagian dari Keputusan Allah, penetapan
Allah atas manusia. Urusan jodoh dan berjodoh, bukan sebuah urusan kecil
dan main-main, karena Allah tak pernah main-main dalam menciptakan
manusia, menentukan rezeki, dan perjalanan hidup hingga matinya manusia.
Maka jika kita memiliki harapan
tentang calon pendamping hidup kita, menginginkan agar kita segera
dipertemukan dengan jodoh kita, maka mintalah pada Allah! Bicaralah pada
Allah! Mendekatlah pada Allah! Bulatkan, kuatkan, kencangkan keyakinan
kita pada Allah. Apa yang tidak mungkin bagi kita, adalah sangat mudah
bagi Allah.
Justru karena kita tidak tahu siapa jodoh kita, kapan
bertemunya, bagaimana akhir kisahnya di dunia dan akhirat: maka hidup
kita menjadi lebih indah, berwarna dan bermakna. Karena kita akan
menjalani kemanusiaan kita dengan tetap menjadi hamba Allah. Menikmati
indahnya berjuang, menikmati kesungguh-sungguhan ikhtiar, menikmati
indahnya meminta pada Allah, menikmati indahnya memohon pertolongan pada
Allah, menikmati indahnya bersabar, menikmati ‘kejutan’-kejutan yang
Allah hadirkan dalam kehidupan kita
Kita tidak bisa
menguasai kedalaman hati manusia, kita tak bisa membatasi akal pikiran
manusia. Ya karena kita tidak berkuasa atas kehidupan dan kematian
manusia, atas berbolak-baliknya hati manusia: karena itu kita tak boleh
melabuhkan cinta terbesar kita pada manusia. Kita labuhkan saja cinta
terbesar kita pada Allah, yang dengan kecintaan itu lalu Allah
melabuhkan cinta manusia yang bertaqwa dalam hati kita. Sehingga taqwa
itu yang membuat kita berjodoh dengan orang yang bisa menumbuh suburkan
cinta kita pada Allah. Karena taqwa yang dirajut selama pernikahan yang
barakah itu, semoga kita berjodoh hingga ke surga, aamiin Bukankah ini
lebih indah?
Sungguh jodoh tidak berjalan linier di atas garis
kecantikan, ketampanan, kekayaan, kedekatan geografis. “Rumus jodoh’
bukan ditentukan oleh hukum kepantasan manusia. Karena manusia hanya
tahu permukaannya, berpikir dalam kesempitan ilmunya, memutuskan dalam
pengaruh hawa nafsunya. ‘Rumus jodoh’ semata-mata kepunyaan Allah.
Karena itu, sebagai hamba kita hanya mampu menerima keputusan Allah.
Menyiapkan diri untuk menerima apapun keputusan Allah. Menyiapkan
seluas-luas kesabaran, keikhlasan, sebesar-besar keimanan untuk menerima
‘jatah jodoh’ yang berupa pendamping hidup, rezeki, dan lainnya.
Ya,
menunggulah dalam kesibukan memperbaiki diri. Membekali diri
dengan segala kemampuan, keterampilan, sikap hati untuk menjalankan
peran-peran dalam pernikahan. Ketika saat itu tiba, ijab qabul sah,
seketika itu seperangkat peran diserahkan di pundak kita. Allah
menyaksikan! Seketika itu kita akan menjadi istri/suami, menantu, ipar,
anggota masyarakat baru. Dan seketika itu pula, tak cukup lagi waktu
mempersiapkan diri. Ya, pernikahan bukan awal, jadi jangan berpikir
untuk baru belajar, baru berubah setelah menikah.
Menikah
bukan akhir, bukan awal, ia setengah perjuangan. Pernikahan berarti
peran baru, tanggungjawab baru, tantangan baru: bagian dari daftar yang
akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban dari kita di yaumil akhir.
Tentang
berjodoh itu, adalah tentang waktu, tentang tempat, tentang masa. Dan
yang kita sebutkan tadi semua ada dalam genggaman Allah. Bukankah dalam
surat al-ashr Allah bersumpah dengan waktu. “Demi masa, sungguh
manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”.
Ya, agar tak bosan, resah dan merugi saat menanti saat walimah tiba,
sibuklah memperbaiki iman, amal dan tetap setia dalam kebenaran dan
kesabaran.
Menikah dan mendapat pendamping hidup itu tidak pasti,
ada banyak orang yang meninggal ketika masih bayi atau remaja. Tapi Mati
itu sebuah kepastian. Orang yang menikah pun juga akan mati. Jangan
terlalu galau, ada perkara yang lebih besar dari sekedar status menikah
atau tidak menikah. Hidup itu bukan semata-mata perjuangan mendapatkan
pendamping hidup. Karena yang telah menikah pun, harus terus berjuang
agar mereka diberikan rahmat oleh Allah untuk tetap ‘berjodoh’ hingga ke
surga, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini :
“(Yaitu)
surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang
yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil mengucapkan): “Salamun alaikum bima shabartum”. Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar Ra’du 23-24)
Advertisement