Puisi Tentang Matahari Dan Gelombang
Puisi Tentang Matahari Dan Gelombang - puisi ini puisi tentang alam yang menjelaskan tentang matahari dan lautan , sinarnya dan gelombang , buat teman yang sedang galau kadang dengan menikmati alam sekitar pikiran kita bisa sedikit terobati , nah mungkin puisi ini bisa memberi sedikit inspirasi ( baca sampai selesai untuk bisa memahami puisi ini )
aku telah jadi kanak-kanak kembali
bermimpi tentang pelayaran
atau bercanda dengan ketajaman ombak
yang menikam tangga usiaku
matahari merah di atas gelombang
menerbangkan pasir hitam
ke wajahku yang gagu memandang ketinggian-Mu
ini pantai amat panjang
membuatku lelah menyisir perjalanan
dari pohon-pohon cemara itu
kusaksikan wajahku sendiri yang menari
bagi bungakarang dilaut-Mu
di pantai panjang ini
betapa sulit kueja langkahku
bahkan pada surya yang mulai ke peraduan
kualiri saja mimpiku
dan berlayar . . .
belati itu, ranjang yang bergoyang itu
sudah jadi televisi yanng berjalan ke panggung. lantas
aku jadi luka melihat peradapan instan yang kautawarkan!
lantas sejarah terus berulang. terus berulang
ditulis dari dalamrumah, bahkan dari balik kelambu
ketika lelaki dan perempuan itu menyulamnya
dan kita mengenajannya, membawanya ke jalan-jalan.
kemudian menulisnya dilembar-lembar koran
juga di rol film yang diputar di bioskop maupun
kaca televisi!
belati itu, darah itu, persetujuan itu
mengulang-ulang dalam layar kaca dan bioskop
hingga jadi bahasa lain dari peradapan
yang juga diam-diam telah memasuki
kaveling demi kaveling yang aku dan kau
sama-sama merasakan
lantas belati itu, percintaan itu
makin jadi bahasa sehari-hari
begitu anak-anak televisi jadi konser besar!
aku telah jadi kanak-kanak kembali
bermimpi tentang pelayaran
atau bercanda dengan ketajaman ombak
yang menikam tangga usiaku
matahari merah di atas gelombang
menerbangkan pasir hitam
ke wajahku yang gagu memandang ketinggian-Mu
ini pantai amat panjang
membuatku lelah menyisir perjalanan
dari pohon-pohon cemara itu
kusaksikan wajahku sendiri yang menari
bagi bungakarang dilaut-Mu
di pantai panjang ini
betapa sulit kueja langkahku
bahkan pada surya yang mulai ke peraduan
kualiri saja mimpiku
dan berlayar . . .
belati itu, ranjang yang bergoyang itu
sudah jadi televisi yanng berjalan ke panggung. lantas
aku jadi luka melihat peradapan instan yang kautawarkan!
lantas sejarah terus berulang. terus berulang
ditulis dari dalamrumah, bahkan dari balik kelambu
ketika lelaki dan perempuan itu menyulamnya
dan kita mengenajannya, membawanya ke jalan-jalan.
kemudian menulisnya dilembar-lembar koran
juga di rol film yang diputar di bioskop maupun
kaca televisi!
belati itu, darah itu, persetujuan itu
mengulang-ulang dalam layar kaca dan bioskop
hingga jadi bahasa lain dari peradapan
yang juga diam-diam telah memasuki
kaveling demi kaveling yang aku dan kau
sama-sama merasakan
lantas belati itu, percintaan itu
makin jadi bahasa sehari-hari
begitu anak-anak televisi jadi konser besar!
- Bila aku nanti jadi petani,
- Pembuktian pada musuh dimedan perang
- Permohonan sebuah boneka
- Saya tidak lebih baik atau lebih jahat dari orang ...
- Puteraku pemuda komunis, anakmu seorang fasis
- Puisi Puteri imperialism
- Angin memecut disimpang jalan
- Seorang burjuis berdiri sendirian.
- Semalam di suatu kampung
- Bagai kabut mengambangdalam caya purnama
- Kabut-kabut hari menimpa senja.
- Sahabatku, saudara, manusia yang lesu
- Nasehati daku sampai saat ajalku!
- Apa dicari dalam yang baru?
- Lagu hati yang tersinggung
- Algojo kemerdekaan, orang ulung, dan kemegahan
- Puisi ada damai didalam badai.
- Puisi Sang Nabi
- Puisi Gairah hidup yang mati
- Puisi Kepada penyair
- Puisi Gerhana matahari
Advertisement