Puisi Perjuangan Sarjanawan Sarjanawati Nganggur
AGUS GANTENGSTERS
Rabu, Maret 12, 2014
Agus Santuso,
Puisi bingung,
Puisi Hiburan,
Puisi Pendidikan,
Puisi Perjuangan,
Silvia Kresna
Edit
PUISI PERJUANGAN SARJANAWAN SARJANAWATI NGANGGUR- Puisi ini ditulis ulang dari teman gak jelas saya yang ada diseberang sana. Entah karena sedikit curhat atau sedikit mengungkap realita kehidupan pasca sarjana saya kurang tahu betul, yang jelas temen sebrang itu memang suka nulis hanya saja kurang pas tempat. Semoga dengan terbitan puisi ini bisa menjadi hiburan bagi pembaca puisina umumnya dan menjadi keinsyafan khusus buat pengarangnya,, Biar karya itu nggak cuma dihargai dengan jempol dan perhatian kadal murahan yang akan tertindas saat pembersihan hosting jejaring sosial. selamat membaca..!
dudukku termenung disebuah gedung.
dengan kedua sisi pos jaga satpam diantaranya,
atap bergonjongnya dengan plang besar terukir dari plat seng,
"DINAS KETENAGAKERJAAN"
berjejer manusia-manusia tampan pun cantik.
memakai kemeja pun batik,
antik-antik.
baju kausku berpeluh sudah.
antrian sudah antah berantah.
ku tolehkan kepalaku ke arah jalan raya
serupa pula kami kiranya.
itu, ibu-ibu menggendong bayi,
kami menggendong ijazah ditangan kiri.
tangan kami sama memintanya
minta kerja dan minta uang jua.
nama kami lebih "wah"
pengangguran terdidik kata mereka
berseliweran meghabiskan ragi roda.
bensi habis makan pun tak juga.
apalah daya,
skill kami tak digali awalnya,
didik kami cuma di didik
tak diberi motivasi biar cerdik
ingin ahli?
belajar tiga bulan langsung jadi.
ingin pintar?
les kilat pun bisa cetar.
empat tahun kami di bully,
semester akhir dikebiri
judul skripsi harga mati.
IPK tak soal kerja jadi.
diterima kerja itu selamat
asal ada duit penyemat,
paman ku punya PeTe
nerima sanak se enak kate.
tampang cantik bisa jadi teller
teller bank-bank senter
yang tampan bisa jadi model
atau jadi pasangan tante-tante berbehel.
By : Silvia Kresna
dudukku termenung disebuah gedung.
dengan kedua sisi pos jaga satpam diantaranya,
atap bergonjongnya dengan plang besar terukir dari plat seng,
"DINAS KETENAGAKERJAAN"
berjejer manusia-manusia tampan pun cantik.
memakai kemeja pun batik,
antik-antik.
baju kausku berpeluh sudah.
antrian sudah antah berantah.
ku tolehkan kepalaku ke arah jalan raya
serupa pula kami kiranya.
itu, ibu-ibu menggendong bayi,
kami menggendong ijazah ditangan kiri.
tangan kami sama memintanya
minta kerja dan minta uang jua.
nama kami lebih "wah"
pengangguran terdidik kata mereka
berseliweran meghabiskan ragi roda.
bensi habis makan pun tak juga.
apalah daya,
skill kami tak digali awalnya,
didik kami cuma di didik
tak diberi motivasi biar cerdik
ingin ahli?
belajar tiga bulan langsung jadi.
ingin pintar?
les kilat pun bisa cetar.
empat tahun kami di bully,
semester akhir dikebiri
judul skripsi harga mati.
IPK tak soal kerja jadi.
diterima kerja itu selamat
asal ada duit penyemat,
paman ku punya PeTe
nerima sanak se enak kate.
tampang cantik bisa jadi teller
teller bank-bank senter
yang tampan bisa jadi model
atau jadi pasangan tante-tante berbehel.
By : Silvia Kresna
Advertisement