Puisi Bernyawa yang mati By : Agus Ariya Santa
Berikut ini adalah puisi kiriman dari sobat Agus Ariya Santa , mudah-mudahan bisa menghibur .
Bernyawa yang mati
Depan sebuah gedung tak bertuan
Halaman luas di penuhi keril dari aspal yang pudar
Pintu pagar besi berkarat lekat
Rumput hijau tumbuh kurus di celah aspal yang lekang
Tapak sepatu tercetak di atas keramik berdebu
Dan di antara debu lain tertutup selemabar kertas coklat
Tak jauh dari letak bekas sepatu
Sebuah kertas yang luar biasa
Kertas abrakadapra
Ia menampung karunia hidup
Karunia yang cukup untuk melawan frontal kehidupan
Jangan sampai tangan tengadah di atas kepala
Karena asa hilang tanpa cahaya
Tentu lenyap kehormatan di telan lakon kotor
Dan predikat sampah melekat menjadi jati diri
Pemalas! bodoh! Kotor!
"Jelas saja" kerja keras dan impian kami! Kamu rampas!
Dari impian ceriwitan sampai yang tak terhingga bagimu
Jadi apakah pantas cap itu di muka kami?
Jika ada kata yang dapat menjadi simbol untuk kalian, betapa bahagia walau tidak merubah kenyataan
Sayang tak terpikir simbol itu di benak kami
Karena perut kecil lebih penting cepat di isi sebelum roh pergi dari raga.
Hormat kami,
Agus Ariya Santa
Bernyawa yang mati
Depan sebuah gedung tak bertuan
Halaman luas di penuhi keril dari aspal yang pudar
Pintu pagar besi berkarat lekat
Rumput hijau tumbuh kurus di celah aspal yang lekang
Tapak sepatu tercetak di atas keramik berdebu
Dan di antara debu lain tertutup selemabar kertas coklat
Tak jauh dari letak bekas sepatu
Sebuah kertas yang luar biasa
Kertas abrakadapra
Ia menampung karunia hidup
Karunia yang cukup untuk melawan frontal kehidupan
Jangan sampai tangan tengadah di atas kepala
Karena asa hilang tanpa cahaya
Tentu lenyap kehormatan di telan lakon kotor
Dan predikat sampah melekat menjadi jati diri
Pemalas! bodoh! Kotor!
"Jelas saja" kerja keras dan impian kami! Kamu rampas!
Dari impian ceriwitan sampai yang tak terhingga bagimu
Jadi apakah pantas cap itu di muka kami?
Jika ada kata yang dapat menjadi simbol untuk kalian, betapa bahagia walau tidak merubah kenyataan
Sayang tak terpikir simbol itu di benak kami
Karena perut kecil lebih penting cepat di isi sebelum roh pergi dari raga.
Hormat kami,
Agus Ariya Santa
Advertisement