
PUISI ANAK JALANAN DI PEREMPATAN JALAN - Edisi Sosial
Berikut ini adalah puisi masalah sosial yang ada di sekitar kita yang sudah ada sejak jaman dulu kala . Banyak sudah yang mengangkat tema ini namun saya perhatikan masih saja ada orang-orang yang menggantungkan masa depanya di persimpangan jalan ini . Salah siapa ? apakah memang mental pelakunya atau memang tidak ada pihak terkait yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah ini . Bukan jijik dengan mereka , jika memang itu pilihanya , juga bukan menyalahkan pemkot yang membiarkan mereka jadi asesoris jalan raya . Plis dech... bedakan dikit antara sosial untuk bisnis dan bisnis untuk sosial .
Bias lampu jalan menemanimu
Bersama kehangatan dan dekapan yang kau punya
Hanya emperan toko dalah hotel mewah
Engkau berjuang sendiri melawan hari
Berlari melawan terik mentari
Bersama senyuman kecil engkau bernyanyi
Dengan memakau alat seadanya engkau bermandi peluh
Mengharap rupiah yang tak kunjung engkau rengkuh
Di bawah lampu merah engkau menyambung nyawa
Kecil,kurus dan kumuh...
Bukan kehidupan seperti ini yang kau mau
Tapi bukan kehinaan yang kau tempuh
Karena keras kehidupan itu telah ada di nadimu
Bahkan kelaparan tak membunuhmu
Sendiri...
Lengan kecilmu menyibak mentari
Dengan nyanyian sumbangmu kau mengharap belas kasih
Dari manusia egois yang berjalan dengan bengis
Manusia yang berjalan atas nama modernisasi
Yang melupakan apa itu hak asasi
Manusia berdasi yang mungkin telah lupa memiliki hati
Manusia yang merasa derajatnya lebih tinggi dari gedung tinggi
Padahal lebih hina dari aspal siang yang panas membara
Apa mereka mendengar jerit tangismu
Apa mereka mendengar keluh kesahmu
Apa mereka mendengar kesakitanmu
Tidak...bahkan mereka tidak ada waktu
Walau hanya untuk sekedar mendengar nyanyianmu
Tapi di sana masih ada senyuman
Keriangan bocah yang mungkin telah melupakan impian
Dan mungkin berfikir seperti inilah kehidupan
Keras dan kejam seolah tiada harapan
Masalah ini belum ada solusi .
Bias lampu jalan menemanimu
Bersama kehangatan dan dekapan yang kau punya
Hanya emperan toko dalah hotel mewah
Engkau berjuang sendiri melawan hari
Advertisement
Bersama senyuman kecil engkau bernyanyi
Dengan memakau alat seadanya engkau bermandi peluh
Mengharap rupiah yang tak kunjung engkau rengkuh
Di bawah lampu merah engkau menyambung nyawa
Kecil,kurus dan kumuh...
Bukan kehidupan seperti ini yang kau mau
Tapi bukan kehinaan yang kau tempuh
Karena keras kehidupan itu telah ada di nadimu
Bahkan kelaparan tak membunuhmu
Sendiri...
Lengan kecilmu menyibak mentari
Dengan nyanyian sumbangmu kau mengharap belas kasih
Dari manusia egois yang berjalan dengan bengis
Manusia yang berjalan atas nama modernisasi
Yang melupakan apa itu hak asasi
Manusia berdasi yang mungkin telah lupa memiliki hati
Manusia yang merasa derajatnya lebih tinggi dari gedung tinggi
Padahal lebih hina dari aspal siang yang panas membara
Apa mereka mendengar jerit tangismu
Apa mereka mendengar keluh kesahmu
Apa mereka mendengar kesakitanmu
Tidak...bahkan mereka tidak ada waktu
Walau hanya untuk sekedar mendengar nyanyianmu
Tapi di sana masih ada senyuman
Keriangan bocah yang mungkin telah melupakan impian
Dan mungkin berfikir seperti inilah kehidupan
Keras dan kejam seolah tiada harapan
Masalah ini belum ada solusi .
Related Posts :
Puisi SENJATA POLITIKSang Birokrat Berbaju cokelat Sepatu sedikit mengkilat Kerja dari rapat ke rapat Berlomba mengejar naik pangkat Sang Birokrat Jarang b… Read More...
Puisi WAKTUBerikut kami tulis kembali puisi karya Anwari WMK. Dari 71 puisi berdimensi filosofis yang ditulis selama tahun 2010, sebanyak 15 puisi di… Read More...
Puisi SANG BIROKRAT Sang Birokrat Berbaju cokelat Sepatu sedikit mengkilat Kerja dari rapat ke rapat Berlomba mengejar naik pangkat Sang Birokrat Jarang b… Read More...
Puisi HUKUM KAU dan AKUKau pria standar KKM dan SNI Sudah teruji di ITB dan IPB Zodiakmu Jagung kapri Zodiakku kacang kelinci Kurajut kata menjadi satu pasal … Read More...
Puisi Elektric KAU DAN AKU Kuharap rasaku mampu jadi transistor yang kuatkan hubungan kita Meski gelombang sinus selalu datang menghadang Ku yakin dioda mamp… Read More...