Puisi Kekasih : Semenit Lalu Apel Lepas Perlahan dari Tangan | Warih wisatsana
AGUS GANTENGSTERS
Jumat, April 25, 2014
Agus Santuso,
Puisi Cinta,
Puisi Kekasih,
Puisi Kenangan,
Puisi Renungan
Edit
Semenit Lalu Apel Lepas Perlahan dari Tangan_Puisi Kekasih karya Warih wisatsana kepada pembaca puisina. Puisi syarat makna tentang percintaan, kebersediaan, perjuangan serta kenangan dalam kehidupan, dengan sisipan beberapa bait religi. Puisi karya "Warih Wisatsana berikut ini semoga dapat menjadi inspirasi atau motivasi kepada pembaca puisina... walau cuma beberapa bait saja.. Karena kebaikan terkadang tak perlu banyak perhatian apalagi pengakuan... cukup diwujudkan untuk bisa saling memberi manfaat kepada yang lain meski satu bias senyuman.
Gampang terkelupas oleh sengat panas
kulit tubuh ini tipis
mestinya bukan batas selapis nafas
Semenit lalu, ya semenit lalu, seperti biasa
segelas bir tumpah tak sengaja di atas meja
Setengah mabuk seolah tengah khusuk berdo'a
sepasang kekasih saling berbagi bisik
Di dinding remang menulis pesan kenangan
seperti grafiti penuh arti
seakan ingin menjadi kaligrafi penuh janji
bukan tubuh, melainkan ruh yang ingin kusentuh
Ya,, semenit lalu, semua bahagia bertegur sapa
berukar nama dan alamt
Dengan mata uang dilontarkan bergiliran ke udara
sebagian tertawa menghitung peruntungan
yang lain pura-pura percaya nujuman masa depan
dilorong lengang seorang perempuan sawo matang
mencuri ciuman di detik indah yang tak terbayang
Di panai ikan-ikan riang mencuri cahaya
dari kerlip bintang-bintang
Dua lelaki tua dari dua benua tak henti bercerita
mengenang nasib baik mereka di perang dunia kedua.
Ditengah musik gaduh, menahan keluh
semut-semut beriringan mencari jalan pulang
di sela dupa yang letih menyala
Seperti biasa, ya seperti biasa. sopir taksi tidur
anjing pun lelap tidur, berbagi dengkur
Televisi tak mati-mati menayangkan gambar kabur
anak-anak yang mengerang, yang kepalanya remuk
dijalan setapak sebelum yerussalem sebelum bait suci
Di sini di detik yang sama, ibu muda jelita
pitanya warna-warni mimpinya warna-warni
bergegas menyeberangi malam
Apel sepotong lepas perlahan dari tangan
lepas bergulingan disentuh embun jalanan
mengering seketika jadi arang di seberang
Semenit lalu, ya semenit lalu, tak ada
yang ingin lenyap menadi asap
tak ada yang ingin hilang jadi puing bayang.
Lalu tuhan: seperti biasa, ya seperti biasa..
Archana Warih Wirasatsan : 2002-2003
Advertisement