6 Puisi Selamat Malam Romantis - Bidadari Linglung
Unknown
Jumat, April 18, 2014
Bidadari Bingung,
Bidadari Galau,
Bidadari Linglung,
Layla Majnun,
Puisi Cinta,
Puisi Malam,
Puisi Romantis
Edit
Ada yang terasa aneh saat malam hadir
Saat keterpurukan menghantui hati
Dan diirimu hadir lewat bayang
Adakah lintasanmu merajai sukmaku?
Sementara malam kiat pekat membahana
Terengkuh sudah kesunyian dalam hamparan
Mencabik lara dalam sekam kerinduan
Mencoba menjarahmu namun hampa
Aku dan kamu dalam bayang
Mungkin itulah yang terbaik
Saat hati menjarah pekat
Saat aku menjarah hatimu
============================
Malam menepati janji
Pekat dan sunyii kembali melaruti alam
Dan aku mencoba merambahnya lewat untai
Adan aku mencoba merambahnya lewat bait
Gelisah ,bimbang dan penat
Seolah berlomba memasuki kepingan hati
Terpatri di dalamnya membentuk setoreh luka
Luka yang belum mau pergi
Haruskah aku ikuti rambahan malam?
Sementara hati kecilku berharap sang benderang
Ya... kemanakah hati ini harus bertaut
Pada kegelapan ataukah sang benderang
Dan malam ini
Toh aku tetap merambah malam...
Mungkin inilah takdir...
Aku sangat mencintai malam dan kegelapan
================================
Aku Dan Kau Dan Ujung Malam
Di ujung malam berisian gundah
Aku masih saja menggumuli pekat
Dalam buaian desir lewat terpa sang angin
Kesunyian pun kian menampar hati
Sementara gerimis mulai meluruh jatuh
Rintiknya menghantar irama sendu di kedalaman khayal
Di mana malam ini kau berlabuh?
Lelapkah dalam buaian mimpi ?
Atau tengah menekuri cakrawala
Seperti dulu biasa kita lakukan berdua?
Meradang aku lantaran tiadamu
Pekik hati seperti tak lagi memiliki makna
Maka jangan biarkan aku sendiri
Sebab aku terbiasa denganmu
Maka jangan biarkan gelap menguasai
Sebab aku merasa mati
============================
Hidup Dalam Untaian Kata
Terkadang dengan tulisan
Bisa mengungkapkan rasa terpendam
Karena dalam untai kata
Terselip makna tanpa bias
Dan aku mencoba mengukirnya lewat malam
Menyatu bersama hati dan fikiran
Di antara pekat dan dingin
Semoga saja bisa menabur sedikit kenangan
Agar sepahit apapun, bisa menjadikan hikmah
Sebab hidup adalah perbuatan
Sebab hidup adalah perjalanan
Sementara waktu terus menggusur kenangan
Tanpa kepastian , hidup pun terasa sempit
Seperti berlomba menjauhi akhir
Namun tetap pada penantian tiada bertepi
=============================
Merambah malam bersama bayangmu
Meniti pekat dalam hembusan angin malam
Senandung lirihpun meluruhkan rasa
Aku,kamu... mungkin tak lagi tergapai oleh waktu
Namun penantian ini tetap tergapai oleh bayangan
Dan waktu tetap mencurah lewat detak jam
dan kamu begitu saja melewatinya
Dan aku di sinis,sendiri,sepi..
Hanya bisa membayangi rautmu lewat gemintang
Malam kian menjurang
Aku masih saja menggeluti bayangmu
Aku masih saja merangkulmu lewat bisikan malam
Sanggupkah kau merasakan ?
============================
Saatnya Pergi...
Detik melantun dalam irama lara
Saat di mana aku harus menuntaskan asa padamu
Ketika tersibak kisah ini pada hamparan lain
Yang sebelumnya telah aku sambangi penuh kasih
Jarak kitapun kian terhempas jauh
Mengurung kisah dalam tebaran air mata
Mengusung keranda cinta pada pemakaman
Kita hanya bisa terdiam... diam... diam...
Kau ungkap hidup tanpaku hampa
Benarkah ?
Ku ludahi hampamu dalam pekat
Sebab kau tidak akan pernah hampa
Andai aku memutuskan untuk pergi
Tak terkisah betapa lega hatimu
Aku di sini bagai seonggok bangkai hidup
Saat keterpurukan menghantui hati
Dan diirimu hadir lewat bayang
Adakah lintasanmu merajai sukmaku?
Sementara malam kiat pekat membahana
Terengkuh sudah kesunyian dalam hamparan
Mencabik lara dalam sekam kerinduan
Mencoba menjarahmu namun hampa
Aku dan kamu dalam bayang
Mungkin itulah yang terbaik
Saat hati menjarah pekat
Saat aku menjarah hatimu
============================
Malam menepati janji
Pekat dan sunyii kembali melaruti alam
Dan aku mencoba merambahnya lewat untai
Adan aku mencoba merambahnya lewat bait
Gelisah ,bimbang dan penat
Seolah berlomba memasuki kepingan hati
Terpatri di dalamnya membentuk setoreh luka
Luka yang belum mau pergi
Haruskah aku ikuti rambahan malam?
Sementara hati kecilku berharap sang benderang
Ya... kemanakah hati ini harus bertaut
Pada kegelapan ataukah sang benderang
Dan malam ini
Toh aku tetap merambah malam...
Mungkin inilah takdir...
Aku sangat mencintai malam dan kegelapan
================================
Aku Dan Kau Dan Ujung Malam
Di ujung malam berisian gundah
Aku masih saja menggumuli pekat
Dalam buaian desir lewat terpa sang angin
Kesunyian pun kian menampar hati
Sementara gerimis mulai meluruh jatuh
Rintiknya menghantar irama sendu di kedalaman khayal
Di mana malam ini kau berlabuh?
Lelapkah dalam buaian mimpi ?
Atau tengah menekuri cakrawala
Seperti dulu biasa kita lakukan berdua?
Meradang aku lantaran tiadamu
Pekik hati seperti tak lagi memiliki makna
Maka jangan biarkan aku sendiri
Sebab aku terbiasa denganmu
Maka jangan biarkan gelap menguasai
Sebab aku merasa mati
============================
Hidup Dalam Untaian Kata
Terkadang dengan tulisan
Bisa mengungkapkan rasa terpendam
Karena dalam untai kata
Terselip makna tanpa bias
Dan aku mencoba mengukirnya lewat malam
Menyatu bersama hati dan fikiran
Di antara pekat dan dingin
Semoga saja bisa menabur sedikit kenangan
Agar sepahit apapun, bisa menjadikan hikmah
Sebab hidup adalah perbuatan
Sebab hidup adalah perjalanan
Sementara waktu terus menggusur kenangan
Tanpa kepastian , hidup pun terasa sempit
Seperti berlomba menjauhi akhir
Namun tetap pada penantian tiada bertepi
=============================
Merambah malam bersama bayangmu
Meniti pekat dalam hembusan angin malam
Senandung lirihpun meluruhkan rasa
Aku,kamu... mungkin tak lagi tergapai oleh waktu
Namun penantian ini tetap tergapai oleh bayangan
Dan waktu tetap mencurah lewat detak jam
dan kamu begitu saja melewatinya
Dan aku di sinis,sendiri,sepi..
Hanya bisa membayangi rautmu lewat gemintang
Malam kian menjurang
Aku masih saja menggeluti bayangmu
Aku masih saja merangkulmu lewat bisikan malam
Sanggupkah kau merasakan ?
============================
Saatnya Pergi...
Detik melantun dalam irama lara
Saat di mana aku harus menuntaskan asa padamu
Ketika tersibak kisah ini pada hamparan lain
Yang sebelumnya telah aku sambangi penuh kasih
Jarak kitapun kian terhempas jauh
Mengurung kisah dalam tebaran air mata
Mengusung keranda cinta pada pemakaman
Kita hanya bisa terdiam... diam... diam...
Kau ungkap hidup tanpaku hampa
Benarkah ?
Ku ludahi hampamu dalam pekat
Sebab kau tidak akan pernah hampa
Andai aku memutuskan untuk pergi
Tak terkisah betapa lega hatimu
Aku di sini bagai seonggok bangkai hidup
Advertisement