
PUISI NELSON MANDELA "INVICTUS"

Nelson Rolihlahla Mandela (pengucapan Xhosa: [xoˈliːɬaɬa manˈdeːla]; lahir di Mvezo, afrika Selatan, 18 Juli 1918 – meninggal di Johannesburg, afrika Selatan, 5 Desember 2013 pada umur 95 tahun) adalah seorang revolusioner anti-apartheid dan politisi afrika Selatan yang menjabat sebagai Presiden afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999.
Ia adalah orang afrika Selatan berkulit hitam pertama yang memegang jabatan tersebut dan presiden pertama yang terpilih melalui keterwakilan penuh, dalam sebuah pemilu multiras. Pemerintahannya berfokus pada penghapusan pengaruh apartheid dengan memberantas rasisme, kemiskinan dan kesenjangan, dan mendorong rekonsiliasi rasial.
Selaku nasionalis afrika dan sosialis demokratik, ia menjabat sebagai Presiden Kongres Nasional afrika (aNC) pada 1991 sampai 1997. Selain itu, Mandela pernah menjadi Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok pada 1998 sampai 1999. Selengkapnya baca di : http://id.wikipedia.org/wiki/Nelson_Mandela .
Ia adalah orang afrika Selatan berkulit hitam pertama yang memegang jabatan tersebut dan presiden pertama yang terpilih melalui keterwakilan penuh, dalam sebuah pemilu multiras. Pemerintahannya berfokus pada penghapusan pengaruh apartheid dengan memberantas rasisme, kemiskinan dan kesenjangan, dan mendorong rekonsiliasi rasial.
Selaku nasionalis afrika dan sosialis demokratik, ia menjabat sebagai Presiden Kongres Nasional afrika (aNC) pada 1991 sampai 1997. Selain itu, Mandela pernah menjadi Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok pada 1998 sampai 1999. Selengkapnya baca di : http://id.wikipedia.org/wiki/Nelson_Mandela .
"INVICTUS"
Out of the night that covers me,
Black as the pit from pole to pole,I thank whatever gods may be
For my unconquerable soul.
In the fell clutch of circumstance
I have not winced nor cried aloud.
Under the bludgeonings of chance
My head is bloody, but unbowed.
Beyond this place of wrath and tears
Looms but the Horror of the shade,
And yet the menace of the years
Finds and shall find me unafraid.
It matters not how strait the gate,
How charged with punishments the scroll,
I am the master of my fate:
I am the captain of my soul.
(William Ernest Henley)
Dari malam yang menyelimutiku,
sehitam lubang yang dalam,
Aku berterimakasih kepada Tuhan di manapun ia berada
Atas jiwaku yang tak terkalahkan.
Di dalam keadaan yang menimpaku.
Aku tak mengeluh ataupun menangis.
Di Bawah tempaan Takdir.
Jiwaku berdarah namun tak terpatahkan.
Di balik tempat amarah dan air mata ini.
Hanya mengintip horor kematian.
Namun ancaman bertahun-tahun
akan menemukanku tanpa rasa takut.
Seberapapun kuatnya gerbang.
Seberapapun beratnya hukuman.
Aku adalah Penguasa takdirku
Aku adalah kapten Jiwaku.
Advertisement
Related Posts :
Kesatria ber-BrengosTerlepas ini adalah politik rekayasa atau politik nyata yang di rekayasa, atau rekayasa para perekayasa politik, yang jelas ini hanya puis… Read More...
POLITIK AGAMA, AGAMA POLITIKPuisi ini ditujukan untuk Hj. Khofifah dari seorang penggemarnya, saat beliau mencalonkan diri sebagai gubernur JaTim untuk kedua kalinya, … Read More...
LUPA-LUPA INGATJanji politik tak ada habisnya. Sampai bikin perut mulas mau muntah. Dari pada pusing-pusing Mending baca puisi.. ing... Dulu, kau bilan… Read More...
Lucunya Manusia Negeri iniNegeri ini indah, luas, gemah ripah loh jinawi, bhineka tunggal ika, berideologi pancasila, undang-undangnya ratusan dan beragam, dan sete… Read More...
Puisi Metropolitan Akankah Pak Joko Surut Bersama Banjir?Puisi tentang surutnya banjir Ibu Kota Negara. Akhirnya banjir surut juga, meski masih menyisahkan problem disana sini. Tetaplah ini bukan a… Read More...