Tampilkan postingan dengan label puisi sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi sastra. Tampilkan semua postingan
Puisi Dandanggulo Sidoasih oleh Sujiwo Tejo

Puisi Dandanggulo Sidoasih oleh Sujiwo Tejo

Puisi Dandanggulo Sidoasih oleh Sujiwo Tejo_Untuk urusan cinta dan perihal gombal,, Seniman yang satu ini juga nggak kalah keren loh, contohnya saat ia diminta melukis tentang indonesia, yang mana beliau malah melukis si presenter cantik pacar saya "Najwa Shihab" dengan kata-kata "Indonesia tanpa Pancasila kehilangan dasar, Indonesia tanpa Najwa kehilangan pandangan". Dan berikut ini Puisi Dandanggulo Sidoasihnya. Selamat membaca..

Puisi Dandanggulo Sidoasih oleh Sujiwo Tejo


permintaanku wahai kekasih
selalu bersama-sama
di ruang dan waktu

tak berjarak meski cuma sehelai rambut

kalau jauh dekat di hati
kalau dekat berpandangan

begitu sejatinya asmara
seperti mimi dan mintuno

ayo bersama melakukan panggilan sosial
cinta kita berdua tak bermakna jika tak menjalarkan cinta pada sesama

_____
Terima kasih dan semoga terhibur...
Read More
Puisi Renungan Dan Kenangan : Suatu Sore _ Dima Nuga

Puisi Renungan Dan Kenangan : Suatu Sore _ Dima Nuga

Suatu Sore, Menunggu Hujan Reda Karya Dima Nuga _ Puisi kenangan dan juga renungan pembaca,, kenangan tentang teman,, teman bermain, bekerja dan juga teman hati. Serta sedikit renungan tentang sosial, faham agama juga realita kehidupan nyata. Nah,, bagi pembaca puisina,, semoga beberapa sajak karya "Dima Nuga" ini bisa sedikit memberi kesegaran pada resah kita, selamat membaca...

Puisi Renungan Dan Kenangan Suatu Sore _ Dima Nuga


Sore itu langit muntah hebat
aku yang terjebak dalam pikiran
terkurung dalam ruang
akhirnya menemukan kawannya sendiri
kawan diskusi

dimanapun "orang aneh" selalu sama
dikucilkan dan diasingkan oleh kepicikan
pikiran-pikiran puritan memaksa semua mulut untuk diam
mulut yang melawan
apalagi yang dipaksa memadu cinta olehnya

sore itu langit berkeringat hebat
para fundamentalis punya peran fundamental
dari situ saya disingkirkan
dan dari situ pula diskusi bermula

tentang Herakleitos yang berbicara perubahan
dalam kutipan dari tajuk sebuah majalah

dan filsafat eksistensialisme
Soren Aabye Kierkegaard
Nietzsche hingga Sartre
dari dialektika Hegel
matrealisme dialektik Marx-Engels
hingga Lennon yang mengkritik tuhan

Tentang Profesor Driyarkara dan filsafatnya
tentang Ahmad Tohari dan Dukuh Paruknya
tentang Ahmad Wahib yang mati kecelakaan
hingga tentang saya yang lebih banyak berkawan dengan seniman

tentang kapitalisme yang tidak bisa
menyejahterakan rakyat sebuah negara
dan komunisme tidak bisa berbuat apa-apa
bahkan saya tidak bisa membicarakannya
bersama teman-teman kantornya
menurut teman-temannya hal itu tabu
saya tak mau semakin diasingkan

Tentang penjagal yang tertawa-tawa bangga
dan filmnya bisa ditonton dimana-mana
hingga Jembatan Bacem yang menjadi saksi
mayat-mayat terapung dikali

kritik tentang agama
dan para penganutnya yang miskin logika
tentang dogma yang memaksa penganutnya
percaya untuk tidak bertanya
tentang Golden Rute yang tidak semua punya
tentang ladang masa depan yang ditanami kebencian
dan tentangg banyak lagi hal
dalam ruang keterasingan saya

diskusi berakhir ketika tetes hujan terakhir
makin malam menanti
membawaku untuk segera kembali

"orang aneh" selalu dipaksa tak berdaya
 


puisi untuk Pak BS- _Kamis, 6 Juni 2013_


Salam satu jiwa sastra.. dan terima kasih kepada +windy hae +Arbainah Inah +Najla najwa +Putri Respati +Inayah Saidah +jasmin azahlia +dina zhibee +laras windy tiara
Read More

Puisi sastra "DI ALTAR PEMEDAL AGUNG"karya - Ida Bagus Gde P. . .


Puisi ini terinpirasi dari sebuah "gapura "peninggalan kerajaan klungkung ,yang merupakan sisa perang Puputan melawan belanda yang hingga kini diabadikan sebagai saksi sejarah
Selamat membaca semoga menambah khasanah budaya kita.

Langit terdiam memainkan masa silam
Menatap sunyi para leluhur
Di antara bongkahan patung-patung
Dan lumut-lumut yang bertahan
Ataukah malam telah mengabadikanya
Dalam sisa waktu

Langit itu hening dan sepi
Mengantar sisa kenangan
Dari bebatuan yang luka berdebu
Atau taburan bunga-bunga mengingatkanya
Menari dalam kegelisahan sendiri

Rindu makin hanyut
Dalam kesunyian semesta
Bersama kawanan kabut menutup
Patung-patung yang terdiam
Menatap bisu purnama

*Pemedal agung adalah Pintu gapura kerajaan dari jaman dahulu*

Read More