seolah membelah langit,
membelah bumi. “
Membelah juga rel kereta api
Di pinggi kota
Akornya juga membelah
Peron station yang
Berpagar kawat duri
Tapi sang kuda binal
Melompat tidak peduli
Sepotong ujung kawat duri
Menggores perut
Menggores juga paha
Darah segar menyebut keluar
Membuat noktah-noktah merah
Dibulunya yang putih
Tapi dia Cuma menengadah ke udara
Dan meringkik lagi :
biar peluru menembus kulitku
aku akan meradang menerjang
luka dan bisa kubawa berlari,
berlari
hingga hilang pedih peri…
dan aku akan lebih tidak peduli
aku mau hidup
seribu tahun lagi!
- 3 Puisi Cinta Rindu Sedih
- Mengapa Hanya Kau Beri Luka! Bacalah,
- Layu Setangkai Mawar Cidera
- 3 Puisi Perpisahan Romantis
- Privacy Policy for www.puisina.blogspot.com
- Bagai gema-gema panjang yang berhimpun
- Betapapun juga: ia itu abadi
- Masa yang penuh gairah
- SURAT - SURAT CINTA By; Isbedy Stiawan ZS
- Nenek tua tersandung ke dalam kematian
- Bagai kabut mengambang
- Kabut-kabut hari menimpa senja.
- aku mau hidup seribu tahun lagi!
- aku ini binatang jalang
- Bumi retak-retak berdebu
- Hidup hanya punya dua tiga hari bercinta
- Kami dipisah oleh impian lembut-bercampur-manis
- Pangkat, ganjaran, keharuman nama
- Puisi Duri-duri terkutuk! Semak-semak keparat!
- Mencuci mayat bersimbah darah
- Tak seberapa – tapi segala
- Bila aku nanti jadi petani,
- Pembuktian pada musuh dimedan perang
- Permohonan sebuah boneka
- Saya tidak lebih baik atau lebih jahat dari orang lain
Advertisement
Advertisement