1- Hujan deras mengintip ke suatu senja yang tak biasa, tumbuh dari kedamaian dan senyum penduduknya
2- Diam mentari meredup pendarnya biarkan senja memerah jingga. Sejatinya cinta tak resah ketika perpisahan sementara ada.
3- tak ayal lagi, senja ini waktu yang sendu untuk menulis puisi: tentang kenangan dan rindu barangkali.
4- senja larut, mari bersulang peluk. sebab dahaga kita, adalah kerinduan; yang tak mampu dihilangkan dengan kata-kata.
5- sejak kepergianmu senja kemarin, musim hujan belum berganti, dan dadaku tlah menjadi danau tempat angsa angsa meneguk airmata.
6- Kadang kau perlu berada di ranah abu-abu untuk tahu sejauh hitam atau putih itu perlu.
7- Sebab, senja adalah doa-doa. Dari matamu yang kupu-kupu dan dari tanganku yang jaring candu.
8- padamu kukatakan senja ini begitu indah, seperti mataku yang tak henti mengagumi keelokan wajahmu
9- tak ayal lagi, senja ini waktu yang sendu untuk menulis puisi: tentang kenangan dan rindu barangkali.
10- kutemukan senja paling indah di matamu, kudapatkan senja paling merah di bibirmu.
11- senja ini, kamu kecup bibirku sekali, dan manisnya melebihi kecap yang baru saja aku beli.
12- apakah kautahu seperti apa tanah kelahiran air mata, kekasih? seperti senja saat tenggelam di pelupukmu yang geming.
13- senja mana yang paling kau rindukan? Saat kita bertemu, berdua, atau berpisah. Aku rindu senja sebelum kau ada di hidupku.
14- Mungkin senja pun tahu, bila apa yang telah, tak akan dapat kembali. Sekalipun camar-camar suarakan lagi, suaramu.
15- Senja berjalan santai meninggalkan sore, pada detik waktu yang bisu, lengan kita, abadi saling menghangatkan.
16- Sayang, senja tak memudar hanya karena lengkung di bibirmu tetiba datar, dan airmata adalah hujan yang sempat berkabar.
17- Kamu; selalu mampu membuatku menikmati senja di kedua pipimu. Merona malu-malu, membuatku makin tak menentu.
18- Aku dan tawa telah lama bermusuhan. Sekarang musim kemarau yang basah. Seseorang tak berhenti membuka keran di mataku.
19- Berhentilah membuatkanku hujan , agar aku lebih mudah melukiskan keindahan senja pada kedua bola matamu.
20- Jingga di pipiku terbuang percuma hala aku tak lagi kau anggap ada. Terlalu sibuk membuat rona pada gadis yang lain.
21- Yang aku rindukan kini; semebar jingga, senja melabuh dalam tirai malam dan sepatahan tulang rusuk yang menanti kembali.
22- Lihat sayang, jingga perlahan tenggelam. Semesta siap menyambut malam. Dan di hatimulah, aku jatuh semakin dalam.
23- Pada akhirnya, senja meletakan segala ingatan yang tiada. Di debarku, kamu menjelma puisi paling nyala.
24- Di kantung cahayaNya. Tuhan telah sisipkan senyummu. Hingga, aku menyukai senja serupa dengan mencintaimu.
25- seanggun wanita, matahari cantik melambai tangan, melompat ke pelukan lautan. Kita sepasang kekasih, gagu akan perpisahan
2- Diam mentari meredup pendarnya biarkan senja memerah jingga. Sejatinya cinta tak resah ketika perpisahan sementara ada.
3- tak ayal lagi, senja ini waktu yang sendu untuk menulis puisi: tentang kenangan dan rindu barangkali.
4- senja larut, mari bersulang peluk. sebab dahaga kita, adalah kerinduan; yang tak mampu dihilangkan dengan kata-kata.
5- sejak kepergianmu senja kemarin, musim hujan belum berganti, dan dadaku tlah menjadi danau tempat angsa angsa meneguk airmata.
6- Kadang kau perlu berada di ranah abu-abu untuk tahu sejauh hitam atau putih itu perlu.
7- Sebab, senja adalah doa-doa. Dari matamu yang kupu-kupu dan dari tanganku yang jaring candu.
8- padamu kukatakan senja ini begitu indah, seperti mataku yang tak henti mengagumi keelokan wajahmu
9- tak ayal lagi, senja ini waktu yang sendu untuk menulis puisi: tentang kenangan dan rindu barangkali.
10- kutemukan senja paling indah di matamu, kudapatkan senja paling merah di bibirmu.
11- senja ini, kamu kecup bibirku sekali, dan manisnya melebihi kecap yang baru saja aku beli.
12- apakah kautahu seperti apa tanah kelahiran air mata, kekasih? seperti senja saat tenggelam di pelupukmu yang geming.
13- senja mana yang paling kau rindukan? Saat kita bertemu, berdua, atau berpisah. Aku rindu senja sebelum kau ada di hidupku.
14- Mungkin senja pun tahu, bila apa yang telah, tak akan dapat kembali. Sekalipun camar-camar suarakan lagi, suaramu.
15- Senja berjalan santai meninggalkan sore, pada detik waktu yang bisu, lengan kita, abadi saling menghangatkan.
16- Sayang, senja tak memudar hanya karena lengkung di bibirmu tetiba datar, dan airmata adalah hujan yang sempat berkabar.
17- Kamu; selalu mampu membuatku menikmati senja di kedua pipimu. Merona malu-malu, membuatku makin tak menentu.
18- Aku dan tawa telah lama bermusuhan. Sekarang musim kemarau yang basah. Seseorang tak berhenti membuka keran di mataku.
19- Berhentilah membuatkanku hujan , agar aku lebih mudah melukiskan keindahan senja pada kedua bola matamu.
20- Jingga di pipiku terbuang percuma hala aku tak lagi kau anggap ada. Terlalu sibuk membuat rona pada gadis yang lain.
21- Yang aku rindukan kini; semebar jingga, senja melabuh dalam tirai malam dan sepatahan tulang rusuk yang menanti kembali.
22- Lihat sayang, jingga perlahan tenggelam. Semesta siap menyambut malam. Dan di hatimulah, aku jatuh semakin dalam.
23- Pada akhirnya, senja meletakan segala ingatan yang tiada. Di debarku, kamu menjelma puisi paling nyala.
24- Di kantung cahayaNya. Tuhan telah sisipkan senyummu. Hingga, aku menyukai senja serupa dengan mencintaimu.
25- seanggun wanita, matahari cantik melambai tangan, melompat ke pelukan lautan. Kita sepasang kekasih, gagu akan perpisahan
Advertisement
Advertisement