Lanjutan puisi fabel II Majalah Puisi Indonesia (PUISINA). Masih
teruntuk buah hati yang suka asik mendengar dongeng menjelah tidur.
Selamat membacakan puisi dongeng.
Di puncak pohon randu
Di tepi hulu
Sekawan serangga riuh
Perihal makhluk paling jelita
Dan kemana perginya si buruk rupa
Mereka masih tertawa
Mungkin menghina yang tidak ada
Seketika...
Mereka terpana
Untuk pertama kalinya
Sesosok serangga dengan pelangi di sayapnya
Angin menjunjung langkahnya
Hangat surya di senyuman saat bunga-bunga rebah menyapa
"Apa kalian masih mengenalku?"
"Bila kusebut namaku yang dulu?
"Akankah kalian berkawan denganku?
"Langit telah mengganti pakaianku"
"Dan aku adalah si ulat randu"
Semut tertunduk
Kepik menjadi malu
Kumbang pun membisu
Hilangnya kata-kata
Menyuarakan pelajaran berharga
Randu tua menggoyangkan dahan-dahannya
Ia tau, tentu saja sejak semula
Dihempasnya cabang
Memaksa semuanya terbang
Dan bergandeng tangan
Kini, semua menjadi teman
Tiada lagi yang terasingkan
Oleh: Rochmatul Hidayah
teruntuk buah hati yang suka asik mendengar dongeng menjelah tidur.
Selamat membacakan puisi dongeng.
Di puncak pohon randu
Di tepi hulu
Sekawan serangga riuh
Perihal makhluk paling jelita
Dan kemana perginya si buruk rupa
Mereka masih tertawa
Mungkin menghina yang tidak ada
Seketika...
Mereka terpana
Untuk pertama kalinya
Sesosok serangga dengan pelangi di sayapnya
Angin menjunjung langkahnya
Hangat surya di senyuman saat bunga-bunga rebah menyapa
"Apa kalian masih mengenalku?"
"Bila kusebut namaku yang dulu?
"Akankah kalian berkawan denganku?
"Langit telah mengganti pakaianku"
"Dan aku adalah si ulat randu"
Semut tertunduk
Kepik menjadi malu
Kumbang pun membisu
Hilangnya kata-kata
Menyuarakan pelajaran berharga
Randu tua menggoyangkan dahan-dahannya
Ia tau, tentu saja sejak semula
Dihempasnya cabang
Memaksa semuanya terbang
Dan bergandeng tangan
Kini, semua menjadi teman
Tiada lagi yang terasingkan
Oleh: Rochmatul Hidayah
Advertisement
Advertisement