malam menggaung indah dalam pekikan anjing-anjing.
bersenandung nyanyian kematian.
aku?
menatap kosong dinding-dinding yang berbisik.
pigura-pigura yang bergosip asik.
gelas kopiku yang belum lama habis ku teguk memanggilku.
meminta nyawanya kembali.
kelopak mataku belum lelah.
bagai sepasang sejoli.
kopi dan mataku bertingkah serasi.
tapi, apa disudut mata lancip itu.
kenapa keran air muncul dari sana?
menetes lalu menghujan.
padahal tadi tak mendung.
rintih hujan lebih dahulu memberi tanda, ternyata.
kabar darinya telat diterima oleh mata.
bersenandung nyanyian kematian.
aku?
menatap kosong dinding-dinding yang berbisik.
pigura-pigura yang bergosip asik.
gelas kopiku yang belum lama habis ku teguk memanggilku.
meminta nyawanya kembali.
kelopak mataku belum lelah.
bagai sepasang sejoli.
kopi dan mataku bertingkah serasi.
tapi, apa disudut mata lancip itu.
kenapa keran air muncul dari sana?
menetes lalu menghujan.
padahal tadi tak mendung.
rintih hujan lebih dahulu memberi tanda, ternyata.
kabar darinya telat diterima oleh mata.
Advertisement
Advertisement