Selamat pagi sobat puisina , salam kenal untuk semua arjuna indonesia di manapun berada . berikut ini adalah puisi tentang perjuangan seorang perempuan dalam membela hak dan kehormatanya . Siapa drupadi ? anda bisa baca di sini . Saya akan menuliskan puisi tentang dirinya khusus untukmu para arjuna sejati dan untuk kaumku para perempuan yang di injak-injak harga dirinya dan hak-haknya . Tapi perlu di perhatikan juga bahwa puisi ini tidak saya berikan pada para perempuan yang tidak bisa memperjuangkan kehormatanya ,mereka sendiri menghancurkan dirinya , jadi tidak perlu ada yang di permasalahkan , biarkan dia jalani apa yang sudah jadi takdirnya . Untukmu Perempuan yang teraniaya dan arjuna sejati . Puisi ini aku persembahkan , jangan linglung lagi ya ?
Senja yang ungu yang dalam...
Bena-benar dalam...
Menjelang ajal dursasana
Raja gagah perkasa tapi pongah itu
Langit seperti menutup matanya dengan kain hitam...
Oh... Dursasana...
Mulutmu yang kasar iitu
Kini sudah ancur... di Gepuk gada werkudara
"Hmmmmmrgh..... Dursasana , ayo kalau kamu masih bicara , bisacaralah... dur....!"
Namun dursasana hanya diam
Matanya sudah terkatup
Hanya terdengar suara nafasnya dalam...
Tenggorokan yang telah peyok
Sedtik kemudian
Dengan kukunya werkudara menyudet perutnya
Merobek dadanya
Meremukan tulang rusukan
Kemudian dia memeras darahnya dalam bokar
Gur... Gugur...
Sang raja telah gugur...
Peperangan terhenti
Hanya tinggal bau anyir darah bercampur debu...
Menjelang gelap...
Di antara bayang kelelawar dan roh aswatama yang terkutuk
Drupadi , puteri pancawala
Matanga berkaca-kaca mendengar dursasana telah gugur...
Kini dendamnya telah lebur...
Api dendam masih menyala di matanya
Ktika dia di pertaruhkan dalam meja judi
Nasibnya ada di dalam kocokan dadu
"Hei apa hakmu Yudhistira , mempertaruhkanku di perjudian keparat ini?"
Namun yudhistira hanya diam , Drupadi hanyalah perempuan .
Dalam perjudian itu , Yudhistira kalah
Menyerahkan drupadi kepada diursasana
Itulah awal mula drupadi menjadi budak
Martabatnya terjungkal ke dalam kubangan lumpur
Dan sejak itu...
Dia bersumpah tidak akan menggelung rambutnya
Sebelum keramas darah dursasana.
Dan kini werkudara telah melunaskan dendamnya
Darah dalam kobar itu , dii guyurkan pada sekujur tubuhnya.
Mengeramasi rambutnya yang panjang terurai.
Drupadi Tepati Janji
Hei dunia...!
Aku drupadi....!
Menuntut hakku...!
Sebagai perempuan...!
Ketika kau telanjangi aku.
Aku akan menjadi liar dan mencabik-cabikmu
Ketika kau mencekikku !
Aku akan menjerit hingga menulikanmu
Aku drupadi, Aku perempuan
Takkan ku biarkan kau menjamah payudaraku yang agung
Takkan ku biarkan kau menjamah wajahku yang suci
Aku Drupadi
Aku hanya menuntut hakku sebagai perempuan
Tidak akan lebih.
Perhatian : Puisi ini tidak berlaku untuk perempuan yang kehilangan kehormatan saat pacaran yang di dasari suka sama suka .
Advertisement
Advertisement