Syair renungan, kelanjutan dari syair Qasidah Burdah 1 tempo hari.
Kali ini berisi tentang keliaran hawa nafsu dalam konteks nafsu
negatif. Seperti apa iti, silahkan dibaca, resapi dan hayati.
Warning Bahaya Hawa Nafsu
Sungguh hawa nafsuku tetap bebal tak tersadarkan
Sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaan
Tidak pula bersiap dengan amal baik
Untuk menjamu sang uban
Yang bertamu di kepalaku
Tanpa malu-malu
Jika kutahu ku tak menghormati uban yang bertamu
Kan kusembunyikan dengan semir rahasia ketuaanku itu
Siapakah yang mengembalikan nafsuku dari kesesatan
Sebagaimana kuda liar dikendalikan dengan tali kekang
Jangan kau tundukkan nafsumu dengan maksiat
Sebab makanan justru perkuat nafsu si rakus pelahap
Nafsu bagai bayi
Bila kau biarkan akan tetap menyusu
Bila kau sapih ia akan tinggalkan menyusu itu
Maka kendalikan nafsumu
Jangan biarkan ia berkuasa
Jika kuasa ia akan membunuhmu Dan membuatmu cela
Gembalakanlah ia
Ia bagai ternak dalam amal budi
Janganlah kau giring ke ladang yang ia sukai
Kerap ia goda manusia dengan kelezatan yang mematikan
Tanpa ia tahu
Racun justru ada dalam lezatnya makanan
Kumohon ampunan Tuhan
Karena bicara tanpa berbuat
Kusamakan itu dengan keturunan bagi orang mandul
Kuperintahkan engkau suatu kebaikan yang tak kulakukan
Tidak lurus diriku
Maka tak guna kusuruh kau lurus
Aku tak berbekal untuk matiku dengan ibadah sunnah
Tiada aku dan puasa kecuali hanya yang wajib saja
(Terjemah Qasidah Burdah 2)
Kali ini berisi tentang keliaran hawa nafsu dalam konteks nafsu
negatif. Seperti apa iti, silahkan dibaca, resapi dan hayati.
Warning Bahaya Hawa Nafsu
Sungguh hawa nafsuku tetap bebal tak tersadarkan
Sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaan
Tidak pula bersiap dengan amal baik
Untuk menjamu sang uban
Yang bertamu di kepalaku
Tanpa malu-malu
Jika kutahu ku tak menghormati uban yang bertamu
Kan kusembunyikan dengan semir rahasia ketuaanku itu
Siapakah yang mengembalikan nafsuku dari kesesatan
Sebagaimana kuda liar dikendalikan dengan tali kekang
Jangan kau tundukkan nafsumu dengan maksiat
Sebab makanan justru perkuat nafsu si rakus pelahap
Nafsu bagai bayi
Bila kau biarkan akan tetap menyusu
Bila kau sapih ia akan tinggalkan menyusu itu
Maka kendalikan nafsumu
Jangan biarkan ia berkuasa
Jika kuasa ia akan membunuhmu Dan membuatmu cela
Gembalakanlah ia
Ia bagai ternak dalam amal budi
Janganlah kau giring ke ladang yang ia sukai
Kerap ia goda manusia dengan kelezatan yang mematikan
Tanpa ia tahu
Racun justru ada dalam lezatnya makanan
Kumohon ampunan Tuhan
Karena bicara tanpa berbuat
Kusamakan itu dengan keturunan bagi orang mandul
Kuperintahkan engkau suatu kebaikan yang tak kulakukan
Tidak lurus diriku
Maka tak guna kusuruh kau lurus
Aku tak berbekal untuk matiku dengan ibadah sunnah
Tiada aku dan puasa kecuali hanya yang wajib saja
(Terjemah Qasidah Burdah 2)
Advertisement
Advertisement