Puisi ini ditujukan untuk Hj. Khofifah dari seorang penggemarnya, saat
beliau mencalonkan diri sebagai gubernur JaTim untuk kedua kalinya,
untuk berpolitik. Apa itu politik? Maka kontroversial, perdebatan dan
berbagai versi akan muncul sebagai jawaban. Ahh,, daripada
pusing-pusing mikirin, mending berpuisi sekedar untuk mawas diri,
hati-hati, intropeksi, sosialisasi, injeksi, irigasi,,, loh kok malah
gak nyambung,,, komunikasi, imigrasi, imunisasi,,,. Halah ya sudahlah,
langsung baca puisinya aja.
Kataku, agamaku nomor satu
Katamu, agamamu nomor satu
Katanya, agamanya nomor satu
Jadi agama siapa nomor dua ?
Ketika aku bilang agamaku paling rasional
Kamu bilang agamamu paling sempurna
Dia bilang agamanya paling benar
Jadi agama siapa yang salah ?
Apanya lagi yang harus diributkan?
Apakah kita harus bertikai atas nama kebaikan?
Ataukah kita harus bermusuhan atas nama agama?
Saling membenci . . .
Padahal diminta saling mengasihi
Ketika ada tokoh diluar agama-mu ikut kompetisi
Kamu bilang kitab suci melarang menjadikan orang kafir sebagai "pemimpin"
Ketika ada tokoh wanita se-agama-mu ikut kompetisi
Kamu bilang wanita tidak boleh menjadi "imam"
Aku jadi bingung mana sebetulnya yang benar ?
Kanapa tidak kita diskusikan kebenaran yang sama ?
Kenapa kebenaran hanya boleh mengikutimu ?
Sementara agamanya tidak berbeda
Aku takut kita salah memahami agama
Atau kita sengaja membelokkan makna
Karena memang agama tidak untuk berpolitik
Pemimpin politik bukan pemimpin agama dan "imam" tidak ada dalam politik
Maka sebaiknya . . . . .
Demi kemaslahatan bersama
Dan tidak membelokkan agama
TUNGGANGI KUDA-mu jangan TUNGGANGI AGAMA-mu
Bukankah agama adalah jalan menuju Tuhan ?
Setahuku Tuhan tidak berpolitik terhadapmu
Maka sadarlah saudaraku
Jangan gunakan agama tuk berpolitikmu
Takutnya itu hanya akan menistakan
Ketika kau bajak ayat-ayat suci demi politikmu
Tuk meraih ambisi kemenanganmu
Padahal menjerumuskanmu juga pengikutmu
Kemenangan politik hanyalah sementara
Kenapa kau tukar dengan kemenangan berhadiah surga ?
Atau kau tidak mempercayai-NYA
Jadikan agama topeng belaka.
Oleh: Suhindro Wibisomo
Akhirnya selesai juga bacanya, panjang kali lebar. Terimakasih sudah membaca.
beliau mencalonkan diri sebagai gubernur JaTim untuk kedua kalinya,
untuk berpolitik. Apa itu politik? Maka kontroversial, perdebatan dan
berbagai versi akan muncul sebagai jawaban. Ahh,, daripada
pusing-pusing mikirin, mending berpuisi sekedar untuk mawas diri,
hati-hati, intropeksi, sosialisasi, injeksi, irigasi,,, loh kok malah
gak nyambung,,, komunikasi, imigrasi, imunisasi,,,. Halah ya sudahlah,
langsung baca puisinya aja.
Kataku, agamaku nomor satu
Katamu, agamamu nomor satu
Katanya, agamanya nomor satu
Jadi agama siapa nomor dua ?
Ketika aku bilang agamaku paling rasional
Kamu bilang agamamu paling sempurna
Dia bilang agamanya paling benar
Jadi agama siapa yang salah ?
Apanya lagi yang harus diributkan?
Apakah kita harus bertikai atas nama kebaikan?
Ataukah kita harus bermusuhan atas nama agama?
Saling membenci . . .
Padahal diminta saling mengasihi
Ketika ada tokoh diluar agama-mu ikut kompetisi
Kamu bilang kitab suci melarang menjadikan orang kafir sebagai "pemimpin"
Ketika ada tokoh wanita se-agama-mu ikut kompetisi
Kamu bilang wanita tidak boleh menjadi "imam"
Aku jadi bingung mana sebetulnya yang benar ?
Kanapa tidak kita diskusikan kebenaran yang sama ?
Kenapa kebenaran hanya boleh mengikutimu ?
Sementara agamanya tidak berbeda
Aku takut kita salah memahami agama
Atau kita sengaja membelokkan makna
Karena memang agama tidak untuk berpolitik
Pemimpin politik bukan pemimpin agama dan "imam" tidak ada dalam politik
Maka sebaiknya . . . . .
Demi kemaslahatan bersama
Dan tidak membelokkan agama
TUNGGANGI KUDA-mu jangan TUNGGANGI AGAMA-mu
Bukankah agama adalah jalan menuju Tuhan ?
Setahuku Tuhan tidak berpolitik terhadapmu
Maka sadarlah saudaraku
Jangan gunakan agama tuk berpolitikmu
Takutnya itu hanya akan menistakan
Ketika kau bajak ayat-ayat suci demi politikmu
Tuk meraih ambisi kemenanganmu
Padahal menjerumuskanmu juga pengikutmu
Kemenangan politik hanyalah sementara
Kenapa kau tukar dengan kemenangan berhadiah surga ?
Atau kau tidak mempercayai-NYA
Jadikan agama topeng belaka.
Oleh: Suhindro Wibisomo
Akhirnya selesai juga bacanya, panjang kali lebar. Terimakasih sudah membaca.
Advertisement
Advertisement