Puisi "Beri aku pedang Beri aku harapan" Edisi Arjuna Linglung
Bisnis Investasi
Minggu, April 06, 2014
ABUNAWAS,
Arjuna Galau,
Arjuna Linglung,
Puisi Galau,
Puisi Sedih
Edit
Senyum sitik jos...., sitik lagi jos.... tambah sitik...... Jos.... Nih ada puisi bagus untuk menjernihkan pikiran saat kita sedang di rundung keraguan . Lumayan dech... komposisinya ada galau, curhat,bingung , doa dan hentakan emosi , walau cuma sedikit-dikit tapi karena tersusun rapi , puisi ini bisa sedikit meredam emosi . Okeh lanjutkan bacanya .
Ketika desingan semilir angin menyejukan hati-hati yang pedih
Terngiang jeritan-jeritan kalbu
Akan luka-luka yang lama dan terngangah
Ketika badai tak lagi menakutkan
Terik matahari tak lagi menghangatkan
Dinginya salju tak lagi menyejukan
Dan halilintar tak lagi menggetarkan
Apa yang harus aku lakukan
Apakah kau harus diam seribu bahasa
Sedangkan beribu pertanyaan menghujam di dada
Dan jiwaku , yah... jiwaku telah pergi untuk sesuatu yang belum mati
Diriku di antara daratan tandus yang luas
Apa yang akan ku cari di daratan sepi
Hanya fatamorgana yang ada di hadapanku
Fatamorgana yang menggambarkan oase-oase palsu
Sedangkan waktu akan membunuhku
Bagai serigala-serigala lapar yang mengintai mangsanya
Yang siap mengoyak-ngoyak sanubari yang hampa
Tertawa-tawa atas hati yang gundah gulana
Aku berjalan di jalanan yang sangat panjang
tertatih-tatiih dengan letih
Aku ingin berhenti , tapi suara-suara itu menyuruhku berlari
Dan aku tersesat di persimpangan ini
Beri aku pedang
Pedang yang akan menebas semua keraguan
Padang yang akan aku hujamkan pada musuh-musuh yang sunyi
Yang membisikan keraguan-keraguan menyesatkan
Beri aku harapan
Harapan yang memapahku menuju oase
Oase yang menyelamatkan dari sang waktu
Menghenyakan aku dari lamunan semu
Tuhan beri aku tanda yang akan menyelamatkan dari persimpangan jalan
Ketika desingan semilir angin menyejukan hati-hati yang pedih
Terngiang jeritan-jeritan kalbu
Akan luka-luka yang lama dan terngangah
Ketika badai tak lagi menakutkan
Terik matahari tak lagi menghangatkan
Dinginya salju tak lagi menyejukan
Dan halilintar tak lagi menggetarkan
Apa yang harus aku lakukan
Apakah kau harus diam seribu bahasa
Sedangkan beribu pertanyaan menghujam di dada
Dan jiwaku , yah... jiwaku telah pergi untuk sesuatu yang belum mati
Diriku di antara daratan tandus yang luas
Apa yang akan ku cari di daratan sepi
Hanya fatamorgana yang ada di hadapanku
Fatamorgana yang menggambarkan oase-oase palsu
Sedangkan waktu akan membunuhku
Bagai serigala-serigala lapar yang mengintai mangsanya
Yang siap mengoyak-ngoyak sanubari yang hampa
Tertawa-tawa atas hati yang gundah gulana
Aku berjalan di jalanan yang sangat panjang
tertatih-tatiih dengan letih
Aku ingin berhenti , tapi suara-suara itu menyuruhku berlari
Dan aku tersesat di persimpangan ini
Beri aku pedang
Pedang yang akan menebas semua keraguan
Padang yang akan aku hujamkan pada musuh-musuh yang sunyi
Yang membisikan keraguan-keraguan menyesatkan
Beri aku harapan
Harapan yang memapahku menuju oase
Oase yang menyelamatkan dari sang waktu
Menghenyakan aku dari lamunan semu
Tuhan beri aku tanda yang akan menyelamatkan dari persimpangan jalan
Advertisement