Bisnis Investasi

Puisi Putri Widji Thukul Vs Fadli Zon

Baca berita dari bisnis.com , waktu iseng-iseng cari informasi bagaimana perkembangan politik saat ini pas cari-cari di google langsung ketemu berita Puisi Putri Widji Thukul Untuk Fadli zon, Tanpa pikie panjang aku langsung masuk saja , penasaran seperti apa perang puisinya . apakah seperti Puisi Rieke Diah Pitaloka dan Fahmi Habcyi yang sama-sama petinggi Partai PDI-P .mari kita baca bersama-sama . Berita selengkapnya . tapi sebelum baca beritanya , saya ingin sampaikan sebuah puisi putri widji Thukul yang saya dapat dari facebook .
Puisi Putri Widji Thukul Vs Fadli Zon


Pulanglah, Pak - Puisi Putri Wiji Thukul (Fitri Nganti Wani)
Pulanglah, Pak
Kami sekeluarga menunggumu, Pak
Kawan-kawanmu juga menunggumu, Pak
Pulanglah, Pak
Apakah kamu tidak tahu
Indonesia pecah, Pak?
Pipa-pipa menancap di tubuh pertiwi kita
Asap-asap dari pabrik-pabrik
Mengotori pertiwi kita, Pak
Limbah-limbah membuat sungai-sungai
dan kali-kali tercemar
Kami terpaksa tutup hidung, Pak
Pertiwi kita menangis
Pertiwi kita butuh kamu, Pak
Pulanglah, Pak
Apakah kau tidak ingat aku lagi
Aku anakmu, Pak
Aku, adik, ibu dan semua orang merindukanmu, Pak
Apakah hanya dengan doa-doa saja
Aku harus menunggu?
Penguasa, kembalikan Bapakku!!!
Bisnis.com,JAKARTA- Puisi Fadli Zon (9/5/2014) menerima tanggapan dari Fitri Nganti Wani, putri penyair Wiji Thukul, seorang aktivis yang hilang hingga sekarang.
 
"Nyuruh nyari doang tp gk bantuin ya percuma dong cin.. Tp kyknya lo jg gk mungkin deh berani bantuin kita2, orang yg ngilangin salah satunya juga bos lo sendiri. Jebreeetttt," katanya melalui akun Facebook.
 
Fitri pun membuat sebuah puisi untuk yang diduga dilayangkan untuk menyindir Fadli Zon dan Prabowo Subianto.
 
Tak Berjenggot Kebakaran Jenggot
 
Dia yang tak berjenggot
Kebakaran jenggot
Pelaku teriak pelaku
Lucu lucu lucu
 
Dia yang tak berjenggot
Kebakaran jenggot
Terbatas merdekanya
Maju kena mundur kena
 
Dia yang tak berjenggot
Kebakaran jenggot
Jungkir balik jilat pantat si bos
Menculik dan membunuh nuraninya sendiri
 
Kemarilah kawan
Aku ingin jadi temanmu
Kita harus jujur
Atas hati masing-masing
Di sini kamu akan nyaman
Bukan karena uang, bukan..
Tapi karena kebenaran
 
Tapi sayang beribu sayang
Bagimu aku bukan levelmu
Yang mumpuni soal politik
Segalanya kau sebut politik
Bahkan perjuangan tulus
Seorang anak
Yang mencari bapaknya
 
Dia yang tak berjenggot
Kebakaran jenggot
Kasihan betul!
Ruang mata kosong melompong
Mayat hidup,
Bukan manusia
 
10 Mei 2014
 
Ini tanggapan dari puisiSekjen Partai Gerindra Fadli Zon  tentang orang hilang (Fadli Zon, 9 Mei 2014)
 
Fadli Zon menghadirkan larik-larik pada setiap bait puisinya seolah mengimbau untuk membereskan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di Indonesia pada 1998. Berikut bunyi puisi tersebut:
 
Sajak Orang Hilang
 
orang hilang tak tentu rimba
lenyap seperti ditelan bumi
berbaris nama setiap masa
merajut duka tiada henti
 
ribuan orang hilang di Madiun sembilan belas empat delapan
ratusan ribu orang hilang dalam revolusi sembilan belas enam puluhan
ribuan orang hilang ditembak misterius sembilan belas delapan puluhan
belasan orang hilang sembilan belas sembilan belas sembilan delapan
orang-orang hilang berbaris sepanjang zaman
 
orang hilang tak pernah pulang
dinanti keluarga setiap hari
air mata beku kering kerontang
tak jelas nasib hingga kini
 
orang hilang di mana-mana
di pasar-pasar becek tempat belanja
di mal-mal mewah setiap kota
di sekolah sampai tempat ibadah
di gang sempit hingga jalan-jalan raya
orang hilang dimana-mana
 
orang hilang harus dicari
jangan cuma jadi komoditi
orang hilang harus disidik
jangan disulap alat politik
 
Fadli Zon, 9 Mei 2014
Advertisement