Puisi Tiga Semprul Mengejar Cinta dan Cita

Puisi Tiga Semprul Mengejar Cinta dan Cita adalah puisi tiga sekawan lintas budaya yang mempunyai kesamaan Cinta dan Cita. Mereka terlahir di lingkungan budaya berbeda ada yang dari lingkungan pertanian, peternakan dan perdagangan. Perbedaan budaya tak mempengaruhi mereka dalam mengejar Cinta dan Cita. Mereka tak harus sama menggunakan cangkul untuk menggali potensi diri, mereka tak harus bersama-sama menggembalakan ternaknya untuk menjelajahi luasnya bumi dan mereka tak harus jadi tengkulak untuk dikatakan sebagai orang kaya. Namun mereka adalah tiga semprul yang ingin mengubah nasibnya lebih baik dari pendahulunya.

Puisi Tiga Semprul Mengejar Cinta dan Cita
Semprul
Mereka menyebut kami karena usia
Usia muda yang dipandang sebelah mata
Yang tak punya hak suara
Hanya menunduk melihat bayangan tak berwarna

Kami memang semprul
Namun kami bukan generasi takhayul
Kami adalah generasi subur
Jaminan negara makmur

Percayalah
Kami juga punya cita-cita
Layaknya mereka anak orang kaya

Cita-cita kami
Memang tak setinggi langit
Namun lebih tinggi dari sebuah bayangan
Bayangan hitam pendahulu yang lugu

Yakinlah
Kami juga punya cinta
Walaupun kami buruk rupa

Cinta kami
Memang tak semulia raja dan permaisuri
Namun juga bertahtakan mahkota
Mahkota kesucian dan keagungan

Wahai Dzat yang penuh kasih
Perbaikilah keturunan kami
Dengan hadirnya bidadari
Cantik rupa yang baik hati

Wahai Dzat yang Mulia
Mudahkanlah jalan cita luhur kami
Jika itu tak nyata pada kami
Maka nyatakanlah kepada generasi kami

Akhirnya tiga semprul +Indah de Callista +indah hajee +Tiwi Wiwi +Putri Kencana Wulan +Diana Hochman +Fatimah Ali Timah  unjuk diri bukan untuk menyerah menggapai cinta dan cita namun mengambil ancang-ancang untuk lari dikejar kebodohan, kemiskinan dan kemunafikan. Mereka terus berlari dengan belajar dan bekerja serta berkata jujur bahwa kebodohan dan kemiskinan bukanlah penyakit keturunan.




Advertisement